Rifka Ilyani
Jumat, 25 Mei 2012
Puisi Chairil Awar-DOA
Puisi Chairil Awar-DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA Oleh: Firdawati, S.Pd.
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
Oleh: Firdawati, S.Pd.
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang
berarti mengatur bersama-sama. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa
sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal
kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa,
dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan
kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.1. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003:222). Perhatikan contoh-contoh berikut.
- bayi sehat
- pisang goreng
- baru datang
- sedang membaca
1.1. Frasa verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal terdiri dari tiga macam seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.1.1. Frasa verbal modifikatif (pewatas) yang dibedakan menjadi.
1.1.1.1. Pewatas belakang, seperti contoh berikut ini.
- Ia bekerja keras sepanjang hari.
- Orang itu bekerja cepat setiap hari.
- Kami akan menyanyikan lagu kebangsaan.
- Mereka pasti menyukai makanan itu.
- Mereka mencuci dan menjemur pakaiannya.
- Kita pergi atau menunggu ayah.
- Aie Pacah, tempat tinggal saya, akan menjadi pusat pemerintahan kota Padang.
- Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan seperti agak, dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat. Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.2.1. Frasa adjektival modifikatif (membatasi), contohnya adalah sebagai berikut.
- Tampan nian kekasih barumu.
- Hebat benar kelakuannya.
- Setelah pindah, dia aman tentram di rumah barunya.
- Dia menginginkan pria yang tegap kekar untuk menjadi suaminya.
- Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
- Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas.
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dibagi menjadi tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.3.1. Frasa nominal modifikatif (mewatasi), misalnya rumah mungil, hari minggu, bulan pertama. Contohnya seperti berikut ini.
- Pada hari minggu layanan pustaka tetap dibuka.
- Pada bulan pertama setelah menikah, mereka sudah mulai bertengkar.
- Seorang PNS harus memahami hak dan kewajiban sebagai aparatur negara.
- Setiap orang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat.
- Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di Universitasnya.
- Burung Cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu.
1.4.1. Frasa adverbial yang bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai, kurang pandai, hampir baik, dan pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut ini.
- Dia kurang pandai bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.
- Kemampuan siswa saya dalam mengarang berada pada kategori hampir baik.
- Jarak rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer.
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa pronominal terdiri dari tiga jenis yaitu seperti berikut ini.
1.5.1. Frasa pronominal modifikatif, contohnya seperti berikut.
- Kami semua dimarahi guru karena meribut.
- Mereka berdua minta izin karena mengikuti perlombaan.
- Aku dan kau suka dancow.
- Saya dan dia sudah lama tidak bertegur sapa.
- Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang terhadap korupsi.
- Mahasiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa numeralia terdiri dari dua jenis yaitu.
1.6.1. Frasa numeralia modifikatif, contohnya seperti di bawah ini.
- Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
- Orang itu menyumbang pembangunan jalan dua juta rupiah.
- Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
- Entah tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang saya.
Frasa introgativa koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya. Contohnya seperti berikut ini.
- Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
- Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan pertanda jawaban prediket.
Frasa demonstrativa koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut ini.
- Saya bekerja di sana atau di sini sama saja.
- Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.
Frasa proposional koordinatif dibentuk dari kata depan dan tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut.
- Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
- Koperasi dari, oleh dan untuk anggota.
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum.
Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
2.1. Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan. Contohnya sebagai berikut.
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
2.2. Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut.
Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).
2.3. Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini.
- Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
1) Dia pindah ke Jakarta (klausa utama)
2) Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan)
3) Ibunya kawin lagi (klausa sematan)
- Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat)
- Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit; (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
3.1. Ciri-ciri kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
- Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
- Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
- Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
- Mengandung pikiran yang utuh.
- Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
- Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
- Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
3.2.1. Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
- jawaban apa atau siapa,
- dapat didahului oleh kata bahwa,
- berupa kata atau frasa benda (nomina)
- dapat diserta kata ini atau itu,
- dapat disertai pewatas yang,
- tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
- tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
- Adik bermain.
- Ibu memasak.
3.2.2. Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
- Adik bermain.
Adik adalah pokok kalimat
bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
- Ibu memasak.
Ibu adalah pokok kalimat
memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat,
- dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,
- prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,
- dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah,
- prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
- prediket dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
- Dosen menerangkan materi.
menerangkan adalah verba transitif.
- Ibu menyuapi adik.
Menyuapi adalah verba transitif.
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
- Ayah membaca koran.
Koran adalah nomina.
- Adik memakai tas baru.
Tas baru adalah frasa nominal
- berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
- Ibu memarahi kakak.
- Guru membacakan pengumuman.
- dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
- Kepala sekolah mengundang wali murid.
- Kepala sekolah mengundangnya.
- objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh berikut,
- Ani membaca buku.
- Buku dibaca Ani.
3.2.4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.
- Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.
- Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut.
-
- Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi.
-
- Buku dibaca Ani.
- pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
-
- Ayah membelikan adik mainan.
membelikan adalah verba dwitransitif.
- pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
-
- Budi menjadi siswa teladan.
-
- Kemerdekaan adalah hak semua bangsa.
- dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut.
-
- Pak Ali berdagang buku bekas.
-
- Ibu membelikan Rani jilbab.
- pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
-
- Ibu memanggil adik.
Ibu memanggilnya.
S P O
-
- Pak Samad berdagang rempah.
Pak Samad berdagangnya (?)
- satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut.
-
- Pancasila merupakan dasar negara.
-
- Dasar negara dirupakan pancasila (?)
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
- Ibu membeli kue di pasar.
- Ayah menonton TV tadi pagi.
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
- Saya membeli buku.
- Saya membeli buku di Gramedia.
- keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.
- Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati.
- Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu.
- keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut.
- Ali datang kemarin.
- Ibu berangkat kemarin sore.
Manaf (2009:51) membedakan keterangan berdasarkan maknanya seperti dijelaskan berikut.
- Keterangan tempat
- Ayah pulang dari kantor.
- Irfan bermain bola di lapangan.
- Keterangan waktu
- Dia akan datang pada hari ini.
- Dia menderita sepanjang hidupnya.
- Keterangan alat
- Ibu menghaluskan bumbu dengan blender.
- Kue itu dibuat tanpa cetakan.
- Keterangan cara
- Dia memasuki rumah kosong itu dengan hati-hati.
- Habib mengendarai sepedanya dengan pelan-pelan.
- Keterangan tujuan
- Arif giat belajar agar naik kelas.
- Adonan itu diaduk supaya cepat kembang.
- Keterangan penyerta
- Mahasiswa pergi studi banding bersama dosen.
- Orang itu pindah bersama anak isterinya.
- Keterangan perbandingan
- Dia gelisah seperti cacing kepanasan.
- Suara orang itu keras bagaikan halilintar.
- Keterangan sebab
- Sebagian besar rumah rusak karena gempa.
- Rakyat semakin menderita karena harga beras semakin naik.
- Keterangan akibat
- Dia sering berbohong sehingga temannya tidak percaya kepadanya.
- Hutan lindung ditebang akibatnya sering terjadi tanah longsor.
10. Keterangan syarat
Keterangan syarat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna syarat. Keterangan syarat dimarkahi oleh konjungtor jika dan apabila, seperti contoh berikut ini.
- Saya akan datang jika dia mengundang saya.
- Jika para pemimpin Indonesia jujur, rakyat akan sejahtera.
11. Keterangan pengandaian
Keterangan pengandaian adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna pengandaian. Keterangan pengandaian dimarkahi oleh konjungtor andaikata, seandainya dan andaikan, seperti contoh berikut ini.
- Andaikan bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong.
- Seandainya saya orang kaya, saya akan membantu orang miskin.
12. Keterangan atributif
Keterangan atributif adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna penjelasan dari suatu nomina. Keterangan atibutif dimarkahi oleh konjungtor yang, seperti contoh berikut ini.
- Mahasiswa yang indeks prestasinya paling tinggi mendapat
beasiswa.
O
- Guru yang berbaju hijau itu adalah wali kelas saya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
A. Kata Berimbuhan/Berafiks
- 1. Penggunaan afiks/imbuhan ter
- Membentuk verba (kata kerja) pasif, misalnya:
Terbatas
Terangkat
Adapun nosinya dapat digolongkan menjadi:
1) Menyatakan “sudah di, sudah dalam keadaan di”, misalnya:
Terbuka
Terduduk
Terkunci
2) Menyatakan “dapat di”, misalnya:
Terangkat
Terbaca
Terlihat
Adakalanya afiks ter- berfungsi membentuk verba aktif, misalnya pada kata tersenyum
- Membentuk kata adjektiva/sifat. Kata sifat ini dapat diuji dengan perluasan kata yang menyatakan tingkat perbandingan, misalnya agak, sangat, paling.
1) sudah dalam keadaan”, misalnya:
Terbatas
2) Jika ter- melekat pada kata dasar kata sifat atau kata benda, ter- menyatakan “paling”, misalnya:
Terkecil
Teratas
Terdepan
Terbelakang
Kata-kata berikut tidak terbentuk dari afiks ter-, yakni:
Terjal
Terka
Ternak
Kembangkan pemakaian afiks ter- dengan mencari contoh kata berafiks ter- dan menggunakannya dalam kalimat yang berbeda-beda!
- 2. Penggunaan afiks ber-, ber-kan, dan ber-an
- Afiks ber
1) Jika kata dasarya berupa verba kata kerja, afiks ber- menyatakan “melakukan pekerjaan”, misalnya:
Berdandan
Berolahraga
Berdagang
2) Menyatakan makna “mengandung, ada”, misalnya:
Berair
Beracun
Berbisa
3) “Memancarkan”, misalnya:
Bersinar
Bercahaya
4) “Memanjatkan”, misalnya:
Berdoa
5) “Mengucapkan, mengikrarkan, mengeluarkan, menyampaikan”, misalnya:
Betjanji
Bersumpah
Berpesan
6) “Menjadi”, misalnya:
Bertamu
Berjaya
7) “Menunjukkan”, misalnya:
Berbakti
8) “Naik, mengendarai”, misalnya:
Berkuda
Berkereta API
Bersepeda
9) ” Menggunakan, memakai”, misalnya:
Berkaca mata
Bersepatu
10) “Menghabiskan, menggunakan”, misalnya:
Bermalam
Berlibur
11) “Pergi ke, minta tolong ke”, misalnya:
Berguru
Berdukun
12) “Menganggap sebagai, menjadikan sebagai”, misalnya:
Berteman
13) “Melahirkan mengeluarkan:, misalnya,
Kambing sedang beranak
Ayam bertelur
14) “Memanggil sebagai”, misalnya:
Berengkau
Beribu
Beranda
15) “Timbul, tumbuh”, misalnya:
Berbunga
Berbuah
Bertunas
16) Menggunakan, ada”, misalnya:
Kereta berkuda
17) “Terkumpul menjadi”, misalnya:
Bersatu
18) “Terkumpun dalam jumlah”, misa1nya:
Berlima
Berdua
19) “Kena, menderita”, misalnya:
Malam berembun
Siang berpanas matahari
20) Menyatakan “milik, memiliki, mempunyai”, misa1nya:
Berharga
Berharapan
Berpotensi
21) Nosi ber- tidak jells, separate pada kata-kata
Bertamu
Berlalu
Bersusah
Bersakit
Berbeda
Bersenang
Berikut bukan kata bentukan dengan afiks ber-:
Berapa
Berani
Beruang kutub
- Afiks ber-kan
- Afikasi ber-an
pengertian fonologi
A. FONOLOGI
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut
fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam
bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu
tentang bunyi bahasa.
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
1. Fonetik
Fonetik
adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan
alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam –macam fonetik :
a.
fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah
dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa
b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh telinga manusia
c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.
Jika
dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan
oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,
maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan,
pengertian semantik
Kata
semantik yang berasal dari bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang
bererti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah semiano yang
bererti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Apa yang dimaksudkan sebagai
lambang atau tanda di sini sebagai padanan kata ‘sema’ itu adalah tanda linguistik (Perancis: Signe linguistique)
seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1966), iaitu yang
terdiri daripada dua komponen iaitu komponen yang mengertikan, yang
wujud bunyi-bunyi bahasa dan komponen yang diertikan atau makna dari
komponen yang pertama itu. Kedua-dua komponen ini adalah merupakan tanda
atau lambang, sedangkan yang ditanai atau dilambangkan itu adalah
sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim atau hal yang di tunjuk.
Kata semantik ini kemudian dijadikan sebagai istilah yang digunakan
untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau denga
kata lain, bidang linguistik yang mempelajari makna atau erti dalam
bahasa. Oleh kerana itu, kata sematik dapat diertikan sebagai ilmu
tentang makna atau tentang erti, iaitu salah satu daripada tiga tataran
analisis bahasa termasuklah fonologi, gramatik dan semantik.
Selain
istilah semantik dalam sejarah linguistik terdapat juga istilah lain
yang digunakan seperti semiotik, semiologi, semasiologi, sememik dan
semik untuk merujuk pada bidang yang mengkaji makna atau erti daripada
suatu tanda atau lambang. Namun, istilah semantik lebih umum digunakan
dalam kajian linguistik kerana istilah-istilah tersebut mempunyai bidang
cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakupi makna tanda atau lambang
pada umumnya. Termasuk tanda-tanda lalu lintas, kod, tanda-tanda dalam
ilmu matematik dan banyak lagi. Sedangkan cakupan ilmu semantik hanyalah
makna atau erti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi
verbal. Oleh itu, kita harus berhati-hati memakai kata bahasa. Menurut
Leech (1974), yang melihat semantik sebagai fenomena linguistik perlu
diberi penekanan yang serius. Hubungan makna dengan bahasa adalah apat,
khusus dala ayat. Jadi, untuk mengkaji makna kita perlu mengkaji
hubungan perkataan dengan ujaran. Seseorang yang mengetahui semantik
akan berupaya mengenali ujaran atau ungkapan yang bersifat
’tidak semantik’ yakni tidak masuk akal logik atau ayatnya sukar
diterima logik. Menurut Ogden dan Richard (1923), makna dilihat sebagai
’pengaruh bahasa terhadap pemikiran’. Bagaimana penutur dan penerima
menggunakan pemikiran mentafsir makna. Kepelbagaian takrifan di atas
berlaku kerana para sarjana akan membuat interpretasi menurut fahaman
dan latihan yang mereka perolehi dan selalunya dipengaruhi dengan bidang
yang mereka ceburi.
diskusi kelompok
Diskusi kelompok
adalah salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan.
Kegiatan diskusi kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
melibatkan lebih dari satu individu. Kegiatan diskusi kelompok ini dapat
menjadi alternatif dalam membantu memecahkan permasalahan seorang
individu.
Pengertian Diskusi kelompok menurut beberapa ahli :
Moh. Surya (1975:107) mendefinisikan diskusi kelompok
merupakan suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan mendapatkan
suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam
memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi ini tetanam pula tanggung
jawab dan harga diri.
Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok
merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.
Langganan:
Postingan (Atom)